Baru Melihat Seni: Belum Paham Seni Apalagi Berkarya Seni
Oleh Zulkarnaen, S.Sn., M. Sn
Kelahiran
Orang tua saya merantau ke Dumai tahun 1978, membawa dua orang kakak saya. Orang tua saya berjualan di kios pasar Senggol, ibu jual sayur, ayah jual rempah. Tahun 1980 ibu hamil yang akan memberikan nama sebagai Zulkarnaen, itulah saya yang terlahir 30 April 1981. Nama Zulkarnaen diambil dari pengamen di pasar Tiku, Sumatera Barat. Ayah suka dengan Zulkarnaen karena suaranya merdu. Saya terlahir sebagai orang Minang, di Tiku. Setelah sudah “kuat” selama sebulan di Tiku, umur satu bulan saya dibawa ke Dumai, tepatnya di kelurahan Bintan, gang becek, dekat dengan pasar Senggol. Kami sekeluarga tinggal di gang becek Bintan Dumai, sampai tahun 1984. Kemudian pindah ke Bukit Timah KM 3 perbatasan langsung dengan Bukit Datuk, Blok B 27.
Saya 5 bersaudara, 4 orang terlahir di Sumatra Barat, 1 terlahir di Dumai. Saya anak ke-3, satu yang terlahir di Dumai adalah anak ke-4, adik saya bernama Irwanto. Kami semua dibesarkan di Dumai. Kami semua sejak kecil berada di Dumai sampai sekarang. Kami semua lahir diasuh nenek di Tiku, setelah sebulan kemudian di bawa ke Dumai hingga dewasa ini.
Saya disekolahkan seperti kebanyakan orang sekarang. SD, lanjut SMP, SMA, S1 sampai S2. Sekolah Dasar saya di SDN 016 Bukit Timah tahun 1987. Di SD guru saya bilang saya pandai berpidato, saya selalu rangking 5 besar, pernah rangking 3 dan pernah jadi wakil ketua kelas . Di SD kelas 6 prestasi saya, bisa merakit sepeda yang kemudian sepeda itu saya bawa ke sekolah SMP. Menariknya cara saya masuk ke SMP, karena saya sering dengar radio, waktu itu iklan Pesantren Alhuda Dumai gencar beriklan. Dalam pikiran saya Pesantren Alhuda merupakan sekolah terbaik, karena ada computer, program pidato tiga bahasa, Arab, Inggris dan bahasa Indonesia. Tertarik, dan masuk ke Pesantren Alhuda Dumai di Jalan Hayam Wuruk tahun 1993, dengan sepeda yang saya rakit sendiri ke pesantren Alhuda. Jauuh. Sekitar 13 KM, tiap hari menempuh jarak 26 KM tiap hari. Penderitaan, perjuangan menuntut ilmu. Kilas balik SD, berjalan dari rumah ke SD sekitar 3 KM. tiap hari menempuh jarak 6 KM.
Tahun 1996 tamat SMP, karena Nilai EBTANAS (UN) saya bagus, 37, saya tertarik masuk STM daerah Jakolin, namun gagal di tes akhir yakni wawancara yang ditanya tentang pendapatan orang tua, mungkin jawaban yang saya berikan tidak memuaskan, dianggap calon siswa yang miskin, saya tidak diterima. Potong kompas, masuk ke SMEA ERNA Dumai, dekat pasar Pulau Payung. Saat inilah kami sekeluarga pindah ke pasar Kelapa Dumai, ini mendukung untuk kami semua, kakak, ayah, ibu jualan di pasar Kelapa Budi Kemuliaan, dan saya sekolah berjalan kaki dari pasar Kelapa ke SMEA ERNA Dumai.
Di sekolah ini banyak orang Batak, orang yang saya ingat yang bisa nyanyi, namanya Pada Rudianto, Pada yang suaranya merdu, bikin terpancing saya untuk nyanyi, ada juga orang Melayu namanya Vevi, suaranya bagus seperti artis, yang kini menjadi Kepala Sekolah di SMP 21 Dumai. Kecuali itu, Pada yang suka nyanyi pintar main gitar.
Kelas 3 SMEA saya buka tabungan beli gitar, saya diajarkan oleh bang Eri yang tinggal di pasar Kelapa. Lagu pertama yang diajarkan adalah lagu Wulan yang terkenal waktu itu. “Wulan, kusebut namamu slalu”. Itu potongan liriknya. Untuk memperlancar gitar saya cari buku bermain gitar, lagu yang saya pelajari sendiri, kalau tak salah judulnya Suci dalam Debu, lagu Malaysia. Bisa bermain gitar ala kadarnya, kami buat grup band, main di studio Marlan Jaya Dumai. Saat itu lagu grup band hebat mainnya, sementara saya, Pada, dan kawan-kawa bawa lagu-lagu yang mudah dimainkan. Lagu kami waktu itu Wulan, Suci Dalam Debu, Mungkinkah Stingky. Itulah cerita SMA dan grup band tahun akhir kami tamat SMA, 1998-1999.
Kegiatan kami bermain band tercium oleh Kepala Sekolah, pak Gunawan, kemudian kami diberikan brosur dari kampus seni. Namanya Sekolah Tinggi Seni Indonesia Padangpanjang. Saya dengan karakter ingin tahu yang lebih tinggi, mendatangi rumah kepala sekolah, waktu itu selesai EBTANAS, malam, abis Isya, pertanyaan saya kepada pak Gunawan: apa masa depan setelah kuliah di kampus seni.
“Jika kamu masuk ke kampus seni, peluang kerja banyak, karena tak ada satupun sarjana seni di Dumai, kalau sarjana teknik, sarjana ekonomi banyak, itu adalah peluang bekerja. Kamu bisa bekerja di dinas pariwisata, atau lembaga seni, dan kemungkinan menjadi PNS lebih cepat diterima karena tamatan seni tak ada, sementara sarjana seni dibutuhkan suatu saat nanti.” Pak Gunawan menambahkan jika orang tamatan seni, karyanya bukan seperti pengamen, atau seperti orang sanggar, karya tamatan kampus seni seperti Guruh Soekarno Putra. Itu megah karyanya.” Semangat yang diberikan pak Gunawan memicu saya kuliah seni. Meskipun ayah saya menolak, tidak akan membiayai saya kuliah seni. Namun jika saya mau ikut kata ayah kuliah di kampus agama Islam (IAIN), saya diberikan restu. Sifat ingin tahu saya menolak saran ayah. Akhirnya saya pilih kuliah di STSI Padangpanjang. Saya mendapatkan beasisiwa dari awal hingga selesai. Biaya hidup dibantu oleh kakak dan ibu.
Gila, kuliah seni berat. Seperti hitungan matematika. Tiap not music itu diperhitungkan dan dianalisa. Apakah tepat temponya, tepat hitungan dari 4 ketukan hingga seperenambelas ketukan yang panduannya membaca not balok. Hampir putus asa, mau berhenti rasanya. Saya mengira kuliah seni music itu nyanyi main gitar, udah selesai. Nyatanya tidak. Itulah pengalaman kuliah seni dari tahun 1999-2004. Berat, jika berhenti malu dengan ayah dan keluarga. Bayangkan ada pelajaran dikte nada. Dosen membunyikan beberapa nada, mahasiswa menuliskan nada itu dalam bentuk not balok, tepat dengan nilai ketukan dan posisi nadanya. Ada mata kuliah harmoni, kontrapung, piano, gitar, pilihan utama, saya pilih yang tak banyak modal yakni perkusi, nama instrumennya Marimba, sejenis instrument music pukul menggunakan stik yang dipukul kumpulan kayu balok ukurannya sekitar 5 CM x 10 CM tersusun sekitar tiga oktaf. Itu instrument music pukul yang bernada. Kemudian beberapa instrument music pukul gendang Melayu, dan Drumset. Waktu SMA saya sebut drum, di kampus disebut drumset. Waktu di SMA disebut band, di kampus seni disebut drumset.
Rumitnya kuliah seni music, banyak teman-teman gugur seleksi alam. Banyak yang tak tamat. 40 orang yang masuk waktu itu yang tamat sekitar 17 orang. Dalam pikiran saya waktu yang penting tamat dan bergelar sarjana, kasian pengorbanan kakak dan ibu jikalau saya tidak tamat.
Obat rasa bosan kuliah seni music barat yang mirip matematika ini, adalah mengikuti organisasi kampus, dan membuat event organizer. Saya buat festival pop se-Sumatra Barat, mendatangkan artis kondang di Sumatra Barat, waktu itu artisnya Susi, merupakan artis cewek yang top tahun 2000an. Sedangkan artis cowok yang top waktu itu adalah Ucok Sumbara. Akhirnya perjalanan kuliah saya yang berat itu, tamat dan di wisuda tahun 2004, sehari sebelumnya adalah tsunami Aceh, sebelum kami diwisuda kami berdoa untuk korban Tsunami Aceh.
S2 di ISI (Institut Seni Indonesia) Padangpanjang saya tahun 2016 hingga 2018, dipicu oleh teman seorang dosen di Singapura. Muda sudah bergelar doctor. Keren, itu pula yang membangkitkan rasa ingin tahu saya tentang bagaimana pula S2 seni. Nyatanya sama susahnya. Materi seni diperdalam dari akar hingga perkembangannya, dari sejarahnya hinngga apa saja yang mempengaruhinya, dari agama hingga seni yang bercampur dengan politik.
Karir
Tamat S1 Seni saya bingung kerja apa, karena setelah saya buat karya lagu, dengan software Encore dan Sibelius, jadinya sehari satu lagu, kemudian yang tertarik orang orgen tunggal itu pun teman saya, yang lebih hebat buat lagu di orgen tunggal. Saya meninjau di kantor pariwisata yang isinya “orang tamatan social dan kabarnya pegawai Dinas Pendidikan yang dipindahkan ke situ, artinya tak cocok saya di situ. Ini kemudian akhirnya saya ambil Akta IV di Pekanbaru tahun 2005 untuk menjadi guru seni.
Saya bertemu bang Khairul, senior dari STSI Padangpanjang, kemudian saya bergabung dengan sanggar yang diketuainya, milik pengusaha besar Pekanbaru, di Marpoyan. Sebagai pengusaha tentu relasinya banyak, salah satunya Bank, saya melamar di bank Bukopin, yang anak usaha ada di Dumai, yakni Swamitra simpan pinjam di jalan Baru, Dumai. Saya bekerja tak lama hanya empat bulan sebagai Credit Investigasi, kerja di kantor membosankan, akhirnya saya undur diri kerja system perbankan dan melamar sebagai guru.
Bulan Juli tahun 2005 di terima sebagai guru di SMPN BINSUS Dumai yang digaji Pemerintah Provinsi Riau, orang menyebutnya guru bantu provinsi. Tiap tahun perpanjang kontrak. Hebatnya SMPN BINSUS Dumai merupakan sekolah yang dikelola Pemerintah Kota Dumai, selain digaji oleh Pemprov Riau yang digaji tiap tiga bulan, gaji dari SMPN BINSUS Dumai, menambah rasa percaya diri, karena banyak gaji tambahan. Membuat saya bertahan hidup setiap bulan.
Tahun 2008, honorer Dumai, baik dari guru maupun non guru dikategorikan sebagai honorer yang terhitung 1 Januari 2005 disebut honorer K2, artinya setiap non PNS itu segera diangkat. Namun saya tidak termasuk kategori itu, kemudian mengikuti tes CPNS tahun 2008, dan lulus menjadi CPNS, dengan NIP. 198104302009041001, artinya tahun 2009 mendapatkan NIP, dan tahun 2010 resmi menjadi guru PNS yang ditempatkan di SMAN 1 Dumai. Di sini saya kembangkan bakat organisasi yang didapat saat kuliah S1, saya membuat program yang mirip dengan KickAndy, di radio DJ FM, tiap Sabtu Malam, Jam 8 malam, bintang tamunya pejabat di Kota Dumai, waktu itu yang saya ingat bintang tamu pertamanya adalah Rusdi Alhamidi, Kepala Dinas Pendidikan Kota Dumai, cerita hidupnya menginspirasi, salah satunya demi pendidikan Rusdi mau tidur di kandang kambing, karena tak bisa membayar uang kost, Akhirnya sukses sampai menjadi pejabat di Kota Dumai.
Tahun 2013, saat guru disibukkan dengan tunjangan profesi, atau sertifikasi guru yang berdampak pada pendapatan guru tiap bulan, namun harus memenuhi syarat diantaranya jam mengajar minimal 24 jam tatap muka di kelas, karena kekurangan jam akhirnya saya kembali ke Sekolah pertama tempat saya mengajar yakni SMPN BINSUS Dumai dari 2013 hingga sekarang.
Tahun 2016 masih penasaran dengan ilmu seni, saya melanjutkan magister seni di Institut Seni Indonesia Padangpanjang, mungkin itu cara saya menghargai seni, di saat orang-orang berkarya seni dengan penampilannya yang mendulang pujian, menjadi artis, menjadi seniman, berpenghasilan dari kesenimannya, sementara saya mengapresiasi seni lewat bangku kuliah, dalam bentuk riset. Ciri khas riset seni saya adalah seni music islami, itu sebagai jawaban untuk ayah saya, yang ingin anaknya kuliah di kampus agama Islam. Keinginan ayah saya dijawab dalam riset Musik Kasidah Rebana saat S1 dan Musik Nasyid di saat S2.
Karir dan pendidikan saya tidaklah menunjukkan saya sebagai seorang seniman, pendidikan seni dan karir terlihat biasa saja tak ada yang signifikan dibanggakan. Namun itulah sebagai keseimbangan antara zero bakat seni, yang dicari tahu dengan pendidikan.
Karir jika digambarkan dalam sertifikat, bada seratus sertifikat diantaranya sertifikat yang terbaik buat saya adalah Instruktur Nasional Guru Pembelajar Seni Budaya tahun 2016, dan sertifikat Guru Inti Seni Budaya dari Kemendikbud dengan nilai amat baik tahun 2019.
Tertarik Seni
Keluarga saya bukan keturunan seni, tak ada darah seni. Seperti cerita di saat SMA, dipengaruhi lingkungan dengan teman yang bisa nyanyi dan bermain gitar, dan tempat tinggal di pasar Kelapa remajanya dan abang-abang di pasar tiap sore bermain gitar, ngumpul bersama teman-temannya, saat itulah saya tertarik seni music, ingin rasanya seperti mereka, bisa bermainn gitar nyanyi yang ujung sebagai status pria bisa bermain gitar kemudian bisa memikat wanita. Di saat SMA pula bermain combo band, sebagai gitar ritem. Dilanjutkan dengan rasa penasaran dengan seni music kemudian saya cari tahu lebih dalam di bangku kuliah seni musik.
Karya
Rasanya hampir tak ada karya, karena karya yang dibuat berdasarkan tuntutan semata, contoh dalam mata kuliah membuat aransemen music sekolah, berbagai instrument music sekolah seperti pianika, rekorder, dan perkusi di aduk dengan teori music barat, di dalamnya ada harmoni, kontrapung, orkestrasi dan lain-lain. Karya-karya sebagai tugas mahasiswa seni music, dalam karya orkestrasi lagu pop.
Karya di luar kampus tahun 2005, saya membuat lagu Mars SMAN BINSUS, tahun yang sama saat saya mengajar di SMPN BINSUS DUMAI, saya membuat lagu MARS SMPN BINSUS. Tahun 2008 mengaransemen dua lagu wajib bertepatan dengan Hardiknas yang ke-100, diperlombakan di gedung serbaguna. Akhir tahun 2008 sebelum meninggalkan SMPN BINSUS DUMAI, saya membuat konser orchestra, pertama dan satu-satunya di Kota Dumai, yang diadakan di Sasana Suka Bukit Datuk, lagu yang diaransemen, menggunakan instrument music pianika, recorder, combo band, biola, terompet, dan keyboard dengan memindahkan materi kampus bergaya Eropa, namun kontennya local.
tahun 2009, lagu Mars SMAN 1 Dumai, lagunya pernah menjadi RBT di Telkomsel. Tahun 2010, mengaransemen lagu wajib untuk ditampilkan pada kegiatan Hardiknas ke-102 di lapangan kantor eks Walikota Dumai.
Tak ada karya saya, Cuma itu saja, saya tidak memiliki bakat, saya hanya mengaplikasikan teori music yang di dapat di kampus, namun tak sepopuler karya music seniman yang berbakat sejak kecil, yang tertarik seni sejak SD, dan seni dari keturunan seperti tuan-tuan seniman di Dewan Kesenian. Malu rasanya bercerita karya. Tak ada instrument music yang dikuasai, hanya bisa sedikit mengaransemen music dengan konsep music barat. Itu saja.
Ada keynote Prof. Tjut Nyak Deviana Daudsjah, seorang professor music yang merancang kurikulum music di eropa, bahwa
1. Musik itu ilmu pengetahuan alam semesta, dan
2. Orang Indonesia itu punya bakat bidang pertanian dan seni
Pendapat saya tentang itu adalah sayang orang Indonesia tak menghargai seni, terlihat dari cara menghargai seni termasuk gedung seni, dan pendidikan seninya.
“Karya” saya bersifat dokumentasi, dan edukasi sederhana, bukan karya bersifat mutu, dapat di lihat di youtube dengan akun zulen1000
https://www.youtube.com/watch?v=Jxx80ID7Zmw&t=1s
https://www.youtube.com/watch?v=JxMY36wQS2c
https://www.youtube.com/watch?v=FLPQBDjAplY
https://www.youtube.com/watch?v=F2M2GRIX1g4&t=100s
https://www.youtube.com/watch?v=osRFt0fg7Eo
https://www.youtube.com/watch?v=mr9_d4tiVQ0
https://www.youtube.com/watch?v=JxMY36wQS2c
https://www.youtube.com/watch?v=_WIGrqqKJYg
https://www.youtube.com/watch?v=4JGnDylBv20
https://www.youtube.com/watch?v=xUK79bi7B2o
https://www.youtube.com/watch?v=RsSgwyE_0hk
https://www.youtube.com/watch?v=hKmjSJ51u10
https://www.youtube.com/watch?v=hl4lcpdPGS8
https://www.youtube.com/watch?v=H-ly5isAQyQ&t=35s
https://www.youtube.com/watch?v=xBMkch9pqQA
https://www.youtube.com/watch?v=UwbZPVp6bRk&t=1s







