
Kenalkan namaku Puji Miarsa, teman teman memanggilku dengan nama tengah dari nama itu dengan sebutan Jimmy, hingga kini nama itu menjadi sebutan yang kekal dalam hidupku di dunia ini hingga masuk ke dalam dunia seni yang sesuai dengan pada zamannya.
Ya aku dilahirkan di Dumai tepat pada Hari Minggu, Jam 12 Siang pada tanggal 12 Desember 1982 tahun yang lalu. Dari kedua orang tua yang pekerjaan dan kegiatan sehari hari tidak ada hubungannya dengan dunia kesenian.

Sejak dilahirkan di Kota ini, Dumai sebagai kota kelahiran tentunya menjadikan diriku untuk membesarkan kota ini sebagai wujud kecintaanku terhadap kota Kelahiran dengan potensi yang tentunya yang aku miliki.
Orang tuaku pernah bercerita kepadaku semasa kecil aku sering berdiri depan cermin didalam rumah sambil memperagakan akting dan pose seorang yang ada di televisi, sampai sekarang kalau aku ingat jadi senyum senyum sendiri.
Ya mungkin itu adalah soul ku yang ternyata dimasa sekarang aku masih bermimpi untuk menjadi seorang entertainer.

Dengan begitu orang tuaku menyekolahkan aku dimulai dari Pendidikan Taman Kanak Kanak di TK Kemala Bhayangkari Dumai, kemudian masuk Sekolah Dasar di SDN 010 Jayamukti, Dumai setelah tamat SD duniaku pun berubah dengan masuknya aku di Pondok Pesantren Modern Alkautsar Pekanbaru, dan semasa kehidupan di Pondok itulah aku menemukan dunia yang baru yaitu dengan Karya Seni Kaligrafi, Letter sehingga aku menjadi ketua Bagian Kesenian pada satu periodesasi.

Setelah tamat dari Pondok Pesantren, akupun memulai pendidikan mahasiswa, iya menjadi seorang Mahasiswa di Universitas Islam Sumatera Utara, dengan Jurusan yang bertolak belakang dari hobi dan profesi pada saat ini, dan mungkin ini adalah bagian dari kehidupan ku yang paling penting, sehingga aku menemukan jati diri bahwa aku ini sebenarnya mau jadi apa?

Setelah tamat dari dunia kemahasiswaan dengan beberapa pengalaman organisasi yang aku jalani, aku juga memiliki hobi musik dan fotografi, sehingga disaat ini aku dipercayakan oleh teman teman fotografer menjadi Ketua di Komunitas Fotografi Dumai, dan dari kedua hobi Musik dan Fotografi tersebut ada beberapa karya yang aku keluarkan diantaranya beberapa album mini dari bandku sendiri, Brainstorming dengan genre Death Metal dan beberapa penghargaan lokal yang aku dapatkan dalam dunia Fotografi.

Selain itu juga, ada beberapa film pendek yang aku buat dengan rekan rekan dikomunitas OK Production Dumai.
Sejak aku menjadi Santri, aku sudah tertarik dengan karya seni, termasuk seni Kaligrafi tulisan Arab, dari itu lahirlah beberapa karya lain yang sampai sekarang aku tekuni. Mudah mudahan aku akan tetap terus berkarya karna bagiku Karya itu akan memacu otak kanan untuk mewujudkan imajinasi manusia itu sendiri.

Bagiku sendiri, hingga saat ini seni tidak mungkin bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, bahkan berperang dalam politik pun Tsun Zu pernah berkata "The Art of War" dalam bukunya, dalam hal ini tentu Seni adalah kehidupan manusia itu sendiri dalam mencapai suatu tujuan.

Begitu juga mungkin dengan hidupku, ada banyak seni dan lika liku yang dihadapi oleh seorang seniman seperti aku, baik pro kontra maupun yang biasa biasa aja. Namun pada intinya cuma yang aku takuti adalah sebuah Kesombongan yang Insya Allah tidak akan aku rasakan. Semoga saja niat awalku untuk mengembangkan potensi karya dalam seni wajib hukumnya bagiku untuk dikembangkan untuk Kota Dumai tercinta, dengan berkembangnya Revolusi Industri 4.0 mungkin sebuah karya akan mengalami pada eranya, baik dalam dunia digital maupun manual. Sehingga budaya tidak akan mungkin untuk ditinggalkan.
Sejak aku menjadi Santri, aku sudah tertarik dengan karya seni, termasuk seni Kaligrafi tulisan Arab, dari itu lahirlah beberapa karya lain yang sampai sekarang aku tekuni. Mudah mudahan aku akan tetap terus berkarya karna bagiku Karya itu akan memacu otak kanan untuk mewujudkan imajinasi manusia itu sendiri.

Bagiku sendiri, hingga saat ini seni tidak mungkin bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, bahkan berperang dalam politik pun Tsun Zu pernah berkata "The Art of War" dalam bukunya, dalam hal ini tentu Seni adalah kehidupan manusia itu sendiri dalam mencapai suatu tujuan.

Begitu juga mungkin dengan hidupku, ada banyak seni dan lika liku yang dihadapi oleh seorang seniman seperti aku, baik pro kontra maupun yang biasa biasa aja. Namun pada intinya cuma yang aku takuti adalah sebuah Kesombongan yang Insya Allah tidak akan aku rasakan. Semoga saja niat awalku untuk mengembangkan potensi karya dalam seni wajib hukumnya bagiku untuk dikembangkan untuk Kota Dumai tercinta, dengan berkembangnya Revolusi Industri 4.0 mungkin sebuah karya akan mengalami pada eranya, baik dalam dunia digital maupun manual. Sehingga budaya tidak akan mungkin untuk ditinggalkan.

