Saya terlahir dari keluarga Abdi Negara. Ayah saya bernama
OK Burhan E Noneng, ibu saya Rohana Siregar. Saya anak ke 2 dari 5 orang
beradik. Saya sekolah dan dibesarkan di Dumai hingga tamat SMA Tahun 2004 saya
berangkat ke Jakarta dan menimba ilmu di LPKJ Institut Kesenian Jakarta (IKJ)
mengambil Major Gitar selama 1 Tahun dan mengikuti TRY OUT Program di Institut
Musik Indonesia (IMI) selama 1 minggu. Selama di Jakarta saya juga Les Privat
Piano dengan Salah satu guru Yamaha Music Course.
Setelah menyelesaikan study
saya pulang dari Jakarta akhir tahun 2005 dan saya bertemu teman lama saya Oma
dan kami kemudian membentuk sebuah band yang saya beri nama Resletink. Banyak
prestasi yang kami ukir bersama dari menjuarai festival, mengisi berbagai acara
dari acara ulang tahun, pub, hotel, peresmian tempat wisata, launching produk
menjadi band opening beberapa Artis nasional, ikut Album kompilasi, mengisi
Original Soundtrack Film dan diundang Live On Air di Radio juga pernah kami
rasakan. Tahun 2007 s/d 2010 mungkin merupakan tahun keemasan bagi kami dimana
hampir setiap event besar di Dumai dan di Duri kami yang tampil bersama dengan beberapa
band dari Pekanbaru seperti jingga yang kini berganti nama menjadi geisha.
Tahun 2008 Lagu kami yang berjudul "Menangis Tersenyum" yang saat itu
dipilih menjadi Original Soundtrack film "Penyesalan" Produksi Dewan
Kesenian Daerah (DKD) Kota Dumai juga sempat viral di kalangan anak muda Kota
Dumai.
Selain bersama Resletink saya juga pernah tergabung dalam
group musik yangnyongsang yang merupakan kolaborasi antara instrument
tradisional dan modern dengan menggabungkan beberapa genre musik. Saya juga pernah
bergabung dengan Group Mirror Band, kami berhasil mendapatkan Juara I dan
Mewakili Riau ke tingkat Nasional di Ajang Yamaha Asian Beat Band Blast 2009.
Selain sebagai Musisi saya juga berprofesi sebagai Operator & Sound
Engineer Recording, Arranger, Composser dan Music Director. Diantaranya :
Album Bee Organizer, ASA Project, Affan Nasheed, SIGMA, Nara
Band, Mars SMU YKPP, Jingle Bank Sampah dan beberapa Project solo seperti T.
Naffa, Yoes Carlo (bagan siapi-api), Alm. Nurham Yahya dan lainnya baik dari
dumai maupun dari luar Kota Dumai.
Selain di musik saya juga mengembangkan bakat saya di
perfilman. Tahun 2019 saya bersama teman-teman di OK Production menggarap
sebuah film berjudul "Sebuah Harapan The Movie", film ini diangkat
dari kisah yang terdapat pada lagu-lagu Resletink di Album Sebuah Harapan
(2018). OK Production sendiri merupakan Rumah Produksi Foto, Audio & Audio
Visual yang saya bentuk sejak tahun 2012 bersama teman-teman kuliah di STMIK
Dumai dan beberapa teman diluar kampus yang sehobi seperti Prima Silvera, Erick
Michael, Fadly WakBay Clothing & Jimmy Brainstorming.
OK Production berawal
dari sebuah komunitas dimana saya mencoba menggabungkan anak muda kreatif Kota
Dumai, jadi disini kami punya orang yang bisa bermain alat musik, fotographi,
IT atau teknisi, electrical, desain grafis, menggambar atau melukis, menyablon,
recording dan editing baik foto, audio maupun video sampai orang hukum dan
birokrasi pun kami ada. Pengalaman berorganisasi tersebut saya dapat ketika
menjabat sebagai ketua BEM STMIK-AMIK selama 2 periode.
Project terakhir yang
saya kerjakan bersama teman-teman di OK Production yaitu kolaborasi musisi
dumai yang kami beri nama "Dumai Voices" disini saya berperan sebagai
konseptor, songwritter, composser, arrangger sekaligus sebagai music director.
di project ini saya menyatukan lebih dari 50 Musisi- musisi Hebat Kota Dumai
yang berbeda genre dan karakter dan juga salah seorang Sastrawan Kota Dumai
yang saya kagumi karyanya yaitu bang Ahlul Hukmi. Tema lagu yang saya tulis tentang
persatuan dan toleransi. Lagu ini diberi judul "Bersatu Kita Hebat".
Selain berkesenian saya juga bekerja sebagai Freelance IT
Support di salah satu Perusahaan swasta dan juga sebagai Barista sekaligus
pemilik usaha OKAFE Coffee & Resto yang berlokasi di Jl. Pemuda Darat No.28
A&B Dumai. Saya sangat senang berbagi dan mempelajari hal-hal baru.
Saat ini saya bersama teman-teman di Komunitas Musisi Dumai
(KOMID) sedang membina sebuah Komunitas DAW yang bernama FL Studio, jika ada
teman-teman dan adik-adik yang ingin belajar atau mengenal FL Studio silahkan
saja berkunjung. Untuk lebih jelas teman-teman bisa lihat di instagram
gfl.dumai
Salah satu cikal bakal terbentuknya KOMID karena adanya
perasaan tidak dianggap di kampung sendiri, yang mana saat itu Setiap Event
Organizer (EO) yang mengemas acara pementasan mereka selalu membawa band
pengisi acara dari Pekanbaru. Band tersebut biasanya sudah kontrak tour dengan mereka jadi mereka tidak
melibatkan band lokal lagi maka dari sini mengakibatkan timbul gejolak yang
akhirnya menjadi sebuah pergerakan Musisi Dumai untuk turun ke lapangan untuk
melakukan boikot terhadap acara tersebut pergerakan ini dipimpin oleh
senior-senior musik dan aktivis musik
Kota Dumai seperti Rob Hazab, Man Botol, Agoes s Alam, Asda Usradinda,
Isnaini dan beberapa musisi muda. Pergerakan kami membuahkan hasil, akhirnya
kami (Komunitas Musisi Dumai) membuat kesepakatan terhadap setiap EO luar yang
bikin event musik disini wajib melibatkan band lokal, kami tidak
mempermasalahkan band ibukota atau Pekanbaru yang tampil disini tapi kami tidak
mau disebut ber 'Onani' atau menjadi penonton di kampung sendiri.
Saat ini
Komunitas Musisi Dumai dipimpin oleh Sdr.Eri Ahmad salah satu program beliau membuat
kegiatan Ngjem Musisi bekerja sama dengan OKAFE yang juga merupakan Sekretariat
KOMID inshaAllah ini akan menjadi agenda setiap bulannya guna mempererat tali
silaturahmi kami sesama musisi dan juga diskusi guna pengembangan Komunitas dan
Musisi Dumai. KOMID juga bersinergi dengan beberapa komunitas musik lainnya
seperti GFL Dumai atau Genk Fruity Loops Dumai sebuah komunitas yang saya dirikan
bersama teman-teman pengrajin DAW atau Digital Audio Workstation FL Studio.
Alasan saya ingin membuat GFL juga karena saya merasa dulu saya sebelum
mengenal DAW sangat kesulitan di dalam berkarya salah satunya karena biaya
recording yang mahal, keterbatasan shift saat take atau kalau rekaman sama
orang lain itu biasanya kita sulit untuk bisa lebih eksplore ide karena mungkin
kendala alat, kondisi dan situasi yang mempengaruhi mood serta otak kiri untuk
berimajinasi.
Mengapa ke digital? Hari ini kalau kita tidak mau tau tentang
tekhnologi maka secara perlahan kita akan redup dipadam oleh generasi yang
akhirnya hanya menyisakan history karena digital sendiri juga merupakan
pengembangan dari analog apalagi di musik, ada namanya virtual instrument dan
virtual effect yang hari ini hasil bunyinya sudah sangat real jadi ketika saya
ingin berkarya tidak ada lagi batasannya ketika saya ingin membuat sebuah
orchestra saya tidak perlu lagi mengumpulkan para pemain orchestra saya cukup
cari virtual instrumen yang saya butuhkan selanjutnya biarkan imajinasi yang
berkerja.
Bagi kawan-kawan yang ingin tau lebih lanjut nanti bisa bergabung ke
GFL saya yakin kalau teman-teman yang sudah mengenal FL Studio pasti bisa buat
lagu cuma terkadang kita baru berkarya langsung mau jadi hits seperti band
besar itu yang membuat kita buntu karena kita mencoba sesuatu yang belum kita
lewati prosesnya. Jadi menurut saya berkaryalah apa adanya jangan memaksakan
diri agak musik kita bisa diterima karena dengan kita jujur bermusik semuanya
akan mengalir berkarya itu butuh proses belajar juga termasuk saya sampai hari
ini masih terus mengasah insting saya untuk menulis lagu dan jujur saya tidak
pernah puas sama apa yang pernah saya kerjakan jadi baik itu pujian atau
kritikan tidak terlalu berpengaruh buat kreatifitas saya karena bermusik bagi
saya salah satu cara saya untuk mensuarakan hati dan pikiran saya
Seniman yang tidak bisa mengkagumi dan menghargai karya
seniman yang lain menurut saya bukan seniman, karena seniman itu mampu melihat,
mendengar dan merasakan apa yang orang lain tidak bisa makanya seniman bisa
membuat karya yang indah jadi orang seni itu juga bisa menilai karya seni dia
tau mana yang indah, mana yang bagus mana yang gelap dan mana yang terang jadi
ketika dia melihat karya seseorang bagus tapi dia bilang jelek atau biasa saja
berarti indranya sudah sakit. Balik ke sosok bang Ahlul Hukmi, menurut saya dia
cerdas, dia mampu menulis yang tidak mampu saya tulis, saya sangat apresiatif
terhadap beliau karena menurut saya beliau itu salah satu aset buat Dumai
Apa yang harus kita lakukan untuk dapat melestariakn dan
mengembangkan musik melayu?
Edukasi seni budaya sangant
penting dilakukan, terutama musik melayu menurut saya jika tidak ingin hilang
generasi musik melayu ini perlu di perwa kan sama walikota setiap sekolah
bahkan sejak SD sampai SMA agar ada ekstrakurikuler "Musik Melayu"
seperti halnya mata pelajaran muatan lokal "Arab Melayu", tenaga
pengajar nanti kan bisa dicari. Menurut saya pemerintah harus peduli jangan
malu nanti jika suatu saat misalnya acara kedaerahan yang memainkan musik
melayunya justru dari pemain musik luar daerah yang tanda kutip bukan orang
melayu. Mungkin masukan juga buat Dewan Kesenian untuk menyampaikan
keprihatinan kita ini kepada Pemerintah. Selanjutnya mindset atau cara berfikir
yang harus kita sehatkan,
Saya belajar musik di Jakarta yang saya tangkap di
lingkungan saya, kami tidak pernah merasa digurui bahkan kami selalu haus untuk
belajar. Waktu di IMI kami diwajibkan memanggil nama ke semua dosen tujuannya
biar kami ini merasa seperti berteman jadi kami tidak segan untuk belajar,
bertanya bahkan berargumen yang terakhir hilangkanlah sifat sifat merasa lebih
hebat karena dimusik ini tidak ada yang hebat semua itu relatif seperti john
petrucci mungkin gitaris terhebat di kalangan penggemar musik rock progressif
sementara kalau di tanya kepada pecinta musik grunge siapakah gitaris terbaik
sepanjang sejarah bumi? tentunya abang kita Alm.kurt cobain begitulah musik.
Wasssalam



















