👉 Tentang Diri Saya
Nama saya Meutia Asnawi, lahir tanggal 15 April 1979 di
Pangkalan Berandan, Sumatra Utara. Ayah saya bernama (almarhum) Asnawi Husein dan ibu saya Etty
Nurwaty. Saya anak kedua dari lima orang bersaudara. Empat orang saudara saya
laki-laki semua.
Keluarga memanggil saya Tia. Untuk keren-kerenan, sejak
kuliah saya suka menulis Thya. Tapi sejak kecil, saya tidak pernah membiasakan
orang lain yang berkenalan dengan saya untuk turut memanggil saya Tia. Bebas
saja. Karena itu banyak yang memanggi saya Mut, Muti, atau secara lengkap
memanggil saya Meutia. Sangat jarang
kenalan di luar keluarga yang memanggil saya Tia, kecuali yang benar-benar
dekat.
👉 Kapan Pindah ke Dumai?
Saat umur saya 13 tahun, tepatnya pada tahun 1992 akhir
Desember, kami sekeluarga diboyong ayah ke Dumai karena perusahaan tempat ayah
saya bekerja memindahtugaskan beliau ke Dumai. Sebenarnya, beliau sendiri sudah
mulai berada di Dumai 3 bulan sebelum bulan Desember. Maka hingga tahun 2020
ini, saya tetap berada di Dumai. 28
tahun, tak terasa.
👉 Kenapa Betah di Dumai?
Tentu saja saya betah di Dumai karena ada latar belakang
kemiripan sosial budya dengan daerah tempat saya lahir. Pangkalan berandan
termasuk dalam kabupaten Langkat, ibukotanya Stabat, di mana merupakan wilayah
kerajaan Melayu Deli yang pusatnya di Istana Maimun Medan. Meski tak persis sama, tapi banyak kemiripan
kosa kata harian antara Melayu Deli dan Melayu Riau, khususnya Dumai.
Dialek Melayu Deli mungkin agak terkena sedikit pengaruh
dialek Tapanuli karena tak dipungkiri,
suku ini juga mendominasi di Sumatra Utara. Bahkan kebanyakan taunya taunya
Medan itu Tapanuli, padahal aslinya adalah Melayu. Tapi ya suku TApanuli memang
banya juga, disamping suku-suku lain seperti Jawa dan Minang.
Sementara kosa kata harian melayu Dumai, (menurut survey
pribadi saya yang jelas saja keilmiahannya harus ditindaklanjuti dengan survey
resmi 🤭), ada mendapat pengaruh dialek dan kosa kata dari Sumatra Barat,
misalnya kata-kata “do, gaek” dan sebagainya. Mohon maaf jika opini saya kurang
daoat diterima, dan agar diabaikan. 🙏🙏🙏
Jadi, tidak sulit beradaptasi dengan Dumai karena kesamaan
latar sosial budaya itu tadi. Dan yang lebih istimwa, Dumai adalah kota
pelabuhan, dekat negeri seberang. Saya pikir kita sudah sama-sama paham apa
keuntungan dari kondisi geografis ini, beberapa di antaranya : banyaknya
makanan dari Malaysia yang enak dengan harga terjangkau, bisa bepergian ke
negeri sberang itu dengan biaya terjangkau baik untuk perjalanan medis atau
murni wisata. Malah lebih mahal biaya ke ibukota negara.
Itulah sebabnya kenapa saya dan keluarga tetap merasa
asik-asik saja tinggal di Dumai. Dan kenapa masih tetap di Dumai? Karena saya
akhirnya dapat jodoh orang Dumai juga. 😍
👉 Pendidikan Saya
- TK Pertamina Pangkalan Berandan
- SD YPDP (Yayasan Pendidikan Dharma Patra) No. 8, Pangkalan
Berandan
- SMP Negri 1, Pangkalan Berandan (sampai kelas 2 semester
ganjil)
- SMP YKPP (Yayasan Kesejahteraan Pegawai Pertamina)
- SMA YKPP (Yayasan Kesejahteraan Pegawai Pertamina)
- Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) HARAPAN, Medan
Jurusan Bahasa Inggris dengan gelar akademis Sarjana Sastra
(SS)
👉 Riwayat Karir
Selesai sidang, sebenarnya Dosen Pembimbing skripsi saya,
Ibu Redita Lubis yang juga merupakan dosen Fakultas Sastra Inggris di USU,
menawarkan saya untuk jadi asistennya mengajar di kelas FKM (Fakultas Kesehatan
Masyarakat) – USU. Saya sudah mengiyakan, tapi bebeapa hari kemudian ibu saya
menelpon bahwa PT. PATRA DOK DUMAI sedang membuka kesempatan kerja untuk posisi
Sekretaris yang mempunya kemampuan berbahasa Inggris. Saya diminta pulang ke
Dumai.
Selanjutnya bisa ditebak, itulah mulai awal karir saya. Setelah 6 bulan menunggu kabar dan hampir
saja putus asa ingin balik ke Medan, saya ditelpon oleh HRD Patra Dok untuk sesi tes dan wawancara. Singkatnya saya
urutkan seperti di bawah ini.
1). PT. Patra Dok Dumai (2002 – 2009) – Sekretaris Direktur
2). PT. Pacific Indopalm Industries (2009 – 2011) –
Sekretary to GM
3). PT. De Petroleum International (2011 – 2015) – Head of
Corporate Secretar and Finance
4). PT. Pacific Indopalm Industries (2015 – sekarang) – HR
& GA Section Head.
(Saya
dipanggil lagi untuk bergabung yang kedua kali. Inilah yang dinamakan takdir.)
👉 Awal Ketertarikan
Dengan Seni
Darah seni dalam diri
saya mengalir dari keluarga Ayah dan Ibu. Khusus dari ayah saya langsung,
beliau mewarisi seni sastra danliterasi.
Kami diperkenalkan dengan sajak / puisi / deklamasi sejak kecil. Dari TK sudah
sering ikut pertandingan sampai SD.
Sejak kecil saya rajin dibelikan buku cerita. Ayah saya
punya buku-buku sastra meskipun tidak banyak, seperti Grotta Azzura, Prosa dan
Puisi Angkatan ’66 Jilid 1 dan 2. Saya suka membca buku-buku itu sedari kecil.
Yang saya ingat, sewaktu kami masih kecil, ayah saya aktif di grup teater
binaan Pertamina Pangkalan Berandan.
Inilah cikal bakal kepenulisan saya. Sejak SD suka pelahjaran Bahasa,
paling senang kalau disuruh mengarang cerita, buat pantun, dan puisi. SejakSMA
sudah mulai buat puisi-puisi cinta, dan sejak kuliah sudah berpikir untuk
mengoleksi semua puisi dlam satu buku yang masih awet sampai sekarang.
Kalau Ibu saya, mungkin Beliau tidak ada kecenderungan
sebagai pelaku seni. Saya lihat waktu
masih gadis (di album foto), ada fotonya sedang menari Jawa. Bakat ini menurun
pada saya, di mana sejak TK, SD, SM, dan
SMA saya aktif menari. Di Pangkalan Berandan, sejak di SD saya
dominan membawakan tari Melayu, seperti Kuala Deli, Joget Hitam Manis,
Serampang Dua Belas (kalau di Dumai namany aZapin Lancang Kuning). Di SMP Negri, sempat sekali membawakan tari
perse,bahan melayu saat Hari Guru. Pindah ke Dumai, sejak SMA saya juga
diikutsertakan oleh Bu Erniza (sekarang pengurus LAM) membawakan tari melayu di
bawah bendera Sanggar Putri Tujuh yang dinaungi oleh SMA YKPP.
Dari pamannya ibu, mengalir darah seni musik kepada kami
berlima. Pamannya ibu saya di Sumatra Barat
punya grup orkes musik, dan beliau (Almarhum) pemain keyboard. Saya
sejak kecil (SD) sudah bisa bermain keyboard, tapi otodidak. Sejak SMA sudah mencipta lagu, tapi untuk
konsumsi sendiri saja. Empat orang saudara laki-laki saya bermain gitar dan di
zaman sekolahnya masing-masing . Selama di Dumai, saya juga pernah diajak serta
oleh grup musik Interlude (2004) sebagai additional player (keyboard). Tapi
saya bukan pemusik yang hebat juga, karena hanya belajar otodidak.
👉 Kenapa Tertarik Dengan
Seni?
Karena dengan berkesenian, saya bisa mengekspresikan luapan
isi hati saya, ide-ide, gagasan-gagasan, dengan cara yang indah.






